ECOTRACK : SISTEM INFORMASI MAHASISWA UNTUK MENGHITUNG DAN MENGURANGI JEJAK KARBON PRIBADI

 


Di era digital dan krisis iklim seperti sekarang, kesadaran lingkungan jadi hal penting terutama di kalangan mahasiswa. Banyak dari kita yang belum sadar berapa banyak carbon footprint yang dihasilkan dari aktivitas harian seperti naik motor ke kampus, memakai listrik, atau memesan makanan online.
Nah, di sinilah hadirnya EcoTrack, aplikasi buatan mahasiswa Sistem Informasi yang membantu memantau dan mengelola jejak karbon secara cerdas. 


Apa Itu EcoTrack?

EcoTrack adalah aplikasi berbasis mobile/web yang membantu mahasiswa menghitung dan memantau jejak karbon dari aktivitas sehari-hari (transportasi, penggunaan listrik, konsumsi makanan, dll).
Tujuannya meningkatkan kesadaran lingkungan di kampus berbasis data dan teknologi informasi memungkinkan mahasiswa untuk:
  •  Mencatat aktivitas harian seperti transportasi, konsumsi listrik, dan makanan.
  •  Menghitung estimasi jejak karbon berdasarkan data aktivitas.
  •  Menampilkan grafik perubahan emisi karbon harian, mingguan, dan bulanan.
  •  Memberikan tips ramah lingkungan untuk mengurangi emisi.
Dengan desain yang sederhana dan edukatif, EcoTrack bisa jadi alat refleksi bagi generasi Gen-Z untuk hidup lebih berkelanjutan. 


Fitur Utama Aplikasi
Adapun fitur utama dari aplikasi yang akan saya rancang antara lain seperti berikut;

1. Input Aktivitas Harian
   Pengguna mengisi aktivitas seperti:
  •     Jenis transportasi yang digunakan
  •     Lama penggunaan listrik atau AC
  •     Jumlah konsumsi daging atau makanan cepat saji
2. Kalkulasi Otomatis Jejak Karbon
  •    Menghitung emisi dari transportasi, listrik, dan makanan.
3. Dashboard Visual
  •    Menampilkan grafik perbandingan emisi dan kemajuan pengurangan karbon.
4. Tips Hijau Harian
  •    Setiap hari aplikasi memberikan satu tips sederhana seperti “Coba bawa tumbler sendiri hari ini!”
5. Leaderboard Mahasiswa Terhemat Karbon
  •    Fitur kompetitif untuk memotivasi pengurangan emisi antar pengguna kampus.

Pengembangan Aplikasi Ini Menggunakan Metode Waterfall, Dengan Tahapan Sebagai Berikut : 

1. Requirement Analysis (Analisis Kebutuhan)
  • Wawancara dengan mahasiswa & dosen tentang kesadaran lingkungan.
  • Mengidentifikasi kebutuhan: sistem login, kalkulator karbon, dashboard, dan forum.
  • Spesifikasi kebutuhan fungsional dan non-fungsional ditulis dalam dokumen SRS (Software Requirement Specification).
 2. System Design (Perancangan Sistem)

      Desain Arsitektur:
  • Frontend: React / Flutter
  • Backend: Node.js + Express
  • Database: MongoDB / MySQL
  • Desain UI/UX: Tampilan modern, sederhana, hijau alami.
  • Desain Database: Tabel user, aktivitas, emisi, poin, forum.
3. Implementation (Implementasi / Pengkodean)
  •  Developer membangun tiap modul berdasarkan desain.
  •  Integrasi API untuk perhitungan karbon (misal: data emisi kendaraan).
  •  Penerapan autentikasi JWT (login/registrasi).
  •  Pembuatan dashboard interaktif (chart.js atau Recharts).
4. Integration & Testing (Integrasi dan Pengujian)
  • Pengujian unit (tiap modul diuji sendiri).
  • Pengujian integrasi (gabungan modul diuji bersama).
  • Pengujian user acceptance test (UAT) untuk memastikan sesuai kebutuhan.
5. Deployment (Penerapan)
  • Software di-deploy ke hosting atau server kampus (contoh: Render / Vercel).
  • Aplikasi mobile dirilis ke Play Store internal kampus.
 6. Maintenance (Pemeliharaan)
  • Perbaikan bug dan peningkatan fitur.
  • Update data emisi terbaru dan algoritma perhitungan.
  • Penambahan fitur baru seperti “Leaderboard Kampus Hijau”.

    Keunikan Dibanding Software Lain:
  1. Fokus pada jejak karbon mahasiswa (niche unik).
  2. Kombinasi data-driven insight dan gamifikasi.
  3. Berpotensi jadi proyek sosial-kampus nyata (bisa diintegrasi dengan kegiatan HIMAKOM atau kampus hijau).

Kesimpulan

EcoTrack merupakan solusi inovatif dalam upaya peningkatan kesadaran dan aksi nyata terhadap isu perubahan iklim di lingkungan kampus, khususnya di kalangan mahasiswa. Dengan pendekatan teknologi informasi berbasis web dan mobile, aplikasi ini memungkinkan mahasiswa untuk secara langsung menghitung, memantau, dan mengurangi jejak karbon dari aktivitas sehari-hari mereka mulai dari transportasi, konsumsi energi, hingga pola makan.

Mengacu pada penelitian dari Zhang et al. (2020) yang menekankan pentingnya personalisasi dan data-driven approach dalam mengedukasi individu mengenai emisi karbon, EcoTrack berhasil mengimplementasikan pendekatan ini melalui fitur kalkulator emisi personal, dashboard statistik, serta rekomendasi otomatis dari AI. Selain itu, unsur gamifikasi melalui sistem poin dan komunitas hijau mendorong keterlibatan aktif pengguna, yang menurut Hamari et al. (2014) sangat efektif dalam membentuk kebiasaan ramah lingkungan.

Penerapan model Waterfall dalam pengembangan perangkat lunak ini menunjukkan proses yang sistematis dan terstruktur, dimulai dari analisis kebutuhan hingga tahap pemeliharaan. Hal ini selaras dengan praktik rekayasa perangkat lunak yang dianjurkan dalam literatur seperti Pressman (2015), terutama untuk proyek yang memiliki tujuan edukatif dan sosial.

Keunikan EcoTrack tidak hanya terletak pada fungsionalitas teknologinya, tetapi juga pada nilai sosial-kampus yang diusung, di mana proyek ini dapat menjadi wadah integrasi antara kegiatan akademik, organisasi mahasiswa, dan misi kampus hijau. Dengan kata lain, EcoTrack bukan sekadar alat digital, tetapi juga media pembelajaran, kampanye lingkungan, dan kolaborasi komunitas.


Referensi:

  1. Hamari, J., Koivisto, J., & Sarsa, H. (2014). Does gamification work? – A literature review of empirical studies on gamification. Proceedings of the 47th Hawaii International Conference on System Sciences.

  2. Zhang, Y., Wu, L., & Shen, J. (2020). Carbon footprint awareness and behavior of university students: A case study in China. Journal of Cleaner Production, 258, 120765.

  3. Pressman, R. S. (2015). Software Engineering: A Practitioner’s Approach (8th ed.). McGraw-Hill Education.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Muda Bergerak Lampung : Bukti Nyata Bahwa Kebaikan Tak Pernah Usang”